- 1. Liberalisme
Jhon Locke (1632-1704) merupakan orang pertama yang meletakan
dasar-dasa ideologi liberal. Liberalisme muncul sebagai reaksi terhadap
filsafat Filmer yang mengatakan bahwa setiap kekuasaan bersifat monarki
mutlak dan tidak ada yang lahir bebas (Magnis suseno,1994). Dengan kata
lain, ciri liberalisme adalah sebagai berikut[1] :
- Memiliki kecenderungan untuk mendukung perubahan
- Mempunyai kepercyaan terhadap nalar manusiawi
- Bersedia menggunakan pemerintah untuk meningkatkan kondisi manusiawi
- Mendukung kebebasan individu
- Bersikap ambivalen terhadap sifat manusia ( Lyman Tower sargent,1986:96)
Walaupun di atas telah disebutkan ciri-ciri liberalisme, kecuali
sifat ambivalennya terhadap sifat manusia, namun liberalisme mempunyai
kelemahan-kelemahan yakni Liberalisme buta terhadap kenyataan, bahwa
tidak semua orang kuat kedudukannya dan tidak semua orang sama
cita-citanya. Oleh karena itu, kebebasan yang hampir tanpa batas itu
dengan sendirinya dipergunakan oleh individu-individu dan
kelompok-kelompok yang kuat untuk semakin memperluas pengaruhnya.
Akibatnya tanggung jawab sosial seluruh masyarakat ditolak oleh
liberalisme sehingga melahirkan istilah binatang ekonomis. Artinya
manusia hanya mementingkan keuntungan ekonomisnya sendiri.
Maka dapat diartikan bahwa hal-hal yang terdapat dalam liberalisme
terdapat dalam pasal-pasal UUD 1945, teetapi pancasila menolak
liberalisme sebagai ideologi bersifat absolutisasi dan determinasi.
Absolutisasi diartikan sebagai adanya proses pemutlakan hal-hal yang
pada hakikatnya tidak mutlak. Sedangkan determinasi adalah ajaran bahwa
sesuatu itu secara mutlak telah ditentukan dan dibatasi oleh
faktor-faktor tertentu.[2]
- 2. Komunisme
3 ciri negara komunis adalah :
- Berdasarkan ideologi Marxisme-Leninisme, artinya bersifat materialistis, atheis dan kolektivistik,
- Merupakan sistem kekuasaan satu partai seluruh masyarakat
- Ekonomi komunis bersifat etatisme[4]
Ideologi komunisme bersifat absolutisasai dan determinis, karena
memberi perhatian yang sangat besar kepada kolektivitas atau masyarakat,
kebebasan individu , hak milik pribadi tidak diberi tempat dalam negara
komunis. Manusia dianggap sebagai “sekrup” dalam sebuah
kolektivitas.[5]
Pancasila sebagai ideologi memberi kedudukan yang seimbang kepada
manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Pancasila bertitik
tolok dari pandangan bahwa manusia secara kodrati bersifat
monopluralis[6], manusia secara kodrati terdiri dari susunan kodrat,
sifat kodrat dan kedudukan kodrat yang harus diwujudkan secara seimbang
- 3. Pancasila
Soeryanto poespo wardojo, mengemukakan bahwa pancasila sebagai orientasi kemanusiaaan , bila dirumuskan negatif antara lain:
- Pancasila bukan Materialisme
Erik Fromm mengatakan bahwa dalam masyarakat modern, manusia telah
teralienasi (terasing) dari diri sendiri dan lingkungannya. Manusia
tidak bebas, karena harus tunduk pada irama kehidupan.[7]
- Pancasila bukan pragmatisme
Pragmatisme merupakan faham yang menitikberatkan atau meletakan
kriteria tindakan manusia pada pemanfaatan atau kegunaan. Pandangan ini
jika ditarik lebih jauh akan bermuara pada tindakan yang inhuman.
Pancasila mengakui manusia sebagai pribadi yang bernilai pada dirinya
sendiri (intrinsik) dan tidak boleh direduksikan ke bawah kriteria
manfaat atau kegunaan saja.
- Pancasila bukan spiritualisme[8]
Faham ini ternyata dalam telah dipakai untuk untuk melegitimasi tindakan otoriter dan tidak demokratis dari penguasa.
Sedangkan jika dirumuskan positif pancasila mempunyai ciri-ciri
- Integral
Dalam arti Pancasila mengajarkan ajaran kemanusiaan yang integral.
Manusia adalah individualitas dan sekaligus sosialitas yang dimana
manusia itu memiliki masing-masing otonom dan korelatif.
- Religius
Merupakan hal berkaitan dengan yang adikodrati[9], yang bersifat
supranatural dan transendental. Dengan demikian faham kemanusiaan yang
humanisme-religius. Mengingkari Tuhan sebagai pencipta berarti
mengingkari eksistensi dirinya sendiri. Pancasila dengan sendirinya
menolak ateisme dan buka pula negara agama (teotokrasi) sekaligus bukan
pula negara sekuler.
- Etis
Yaitu filsafat yang berkaitan dengan tindakan manusia yang dapat dikenal ukuran baik buruknya.
Refleksi Pancasila Sebagai Ideologi
Hemat penulis selama ini pancasila memang efektif sebagai ideologi
yang mempersatukan Indonesia secara politik, tetapi belum mampu
dijadikan sebagai ideologi ekonomi, sosial, dan budaya. Mengapa? Karena
pancasila hanya dijadikan alat sebagai menancapkan rezim untuk
menghegemoni, pada masa orde lama Pancasila cenderung ke kiri
(komunisme), sedangkan rezim orde baru pancasila cenderung ke kanan[10],
sedangkan pada saat ini relatif cenderung jalan di tempat. Selain itu
kita masih memahami pancasila sebagai mitos bukan sebagai ideologi
negara. Ada hari kesaktian pancasila, kita lebih memandangnya sebagai
mitos daripada sebagai sejarah, sebab “sakti” dalam sistem pengetahuan
agraris kita mengandung unsur mistik. Mistifikasi Pancasila tak
terelakkan, seolah-olah Pancasila sebagai makhluk sakti
mandraguna yang mempunyai kehidupan sehari-hari, lepas dari bangsa Indonesia yang melahirkan dan mendukungnya melalui proses yang panjang.
sumber:
http://faqihpembebas.wordpress.com/2012/06/10/pancasila-di-tengah-ideologi-komunisme-dan-liberalisme/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar